Budaya Banyak Anak Banyak Rezeki di Indonesia
- voiceofthefuture56
- Dec 14, 2020
- 3 min read
Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak budaya, budaya daerah satu dengan yang lain bisa jadi berbeda. Salah satu kebudayaan yang berkembang di banyak masyarakat suku jawa dan sebagian suku yang lain adalah, kepercayaan bahwa banyak memiliki anak maka keluarga juga akan mendapat banyak rejeki. Tidak ada yang tahu bagaimana secara pasti kebudayaan ini berasal, karena tidak ada peristiwa sejarah yang mencatat asal-muasal kebudayaan ini secara pasti, kemungkinan kebudayaan ini telah lama berkembang di tengah masyarakat Indonesia. Hingga sekarang kebudayaan ini masih menjadi sesuatu yang selalu diucapkan di kalangan masyarakat Indonesia.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa kebudayaan dapat berkembang pada suatu wilayah. Menurut Madzab Birmingham sendiri, kebudayaan dapat berkembang dalam suatu wilayah karena adanya kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada jaman dulu, kebanyaan masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Jika suatu rumah tangga mempunyai banyak anak, maka akan semakin banyak tenaga yang dapat membantu untuk menggarap sawah, sehingga hasil panen dapat meningkat serta tidak perlu membayar tenaga orang lain untuk dijadikan buruh tani. Pada masa itu, masyarakat tidak memikirkan kebutuhan pangan, karena semua orang dapat mengambil hasil dari kebun serta memanfaatkan segala yang disediakan oleh alam. Masyarakat juga tidak memikirkan biaya pendidikan, karena masyarakat fokus untuk bertahan hidup, memperbanyak harta benda, dan sekolah formal juga belum dibuka. Ditambah lagi sejak dulu masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang telah mengenal kepercayaan. Sejak jaman manusia purba, masyarakat Indonesia telah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Seiring berjalannya waktu, masyarakat percaya dengan adanya Tuhan ataupun adanya kekuatan terbesar dalam kehidupan di alam semesta seperti kepercayaan terhadap Dewa. Adanya kepercayaan terhadap Tuhan dapat mempengaruhi pola pikir dalam masyarakat. Hingga pada masa sekarang, masyarakat percaya bahwa anak merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga, maka mempunyai anak dapat mendatangkan rejeki karena setiap anak membawa rejekinya masing-masing.
Pada sensus penduduk tahun 2020, angka pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai 1,66% dengan jumlah angka kelahiran sebesar 6.681.306 jiwa dan angka kematiannya sebesar 2.515.540 jiwa. Dengan jumlah populasi 274.682.835 jiwa, Indonesia menempati Negara dengan penduduk terpadat ke-4 di Dunia dan ke-3 di Asia setelah China dan India. Pada kehidupan masyarakat sendiri, pernikahan masih dipandang sebagai sesuatu yang wajib untuk dilakukan. Menikah muda di Indonesia juga lebih banyak jika dibandingkan dengan negara- negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang yang rata-rata penduduknya menikah ketika usianya telah mencapai kepala 30. Masyarakat Indonesia juga tidak takut untuk memiliki banyak anak jika dibandingan dengan penduduk di negara maju.
Menerapkan kepercayaan banyak anak banyak rejeki dalam kehidupan nyata dapat berdampak secara mikro dan makro. Dampak mikro merupakan dampak yang tertuju kepada orang tua dan keluarga secara langsung, sedangkan dampak makro merupakan dampak yang melibatkan sesuatu yang lebih luas seperti pemerintah, ekonomi negara, lembaga yang bertugas pada sensus penduduk dan lain sebagainya. Secara realistis, ketika kita memiliki semakin banyak anak maka biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan, makanan, serta keperluan lainnnya akan semakin besar pula. Mempunyai banyak anak harus didukung dengan finansial yang cukup, karena membesarkan anak bukanlah hal yang mudah. Biaya pendidikan merupakan biaya yang besar, keseimbangan gizi yang dikonsumsi anak juga perlu dipikirkan. Karena jika kita membuat anak tanpa memikirkan banyak aspek kedepannya, maka tanggungan pemerintah juga akan semakin besar. Selain itu jika dipandang dari segi kesehatan, ibu yang sering hamil dapat menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti gangguan terhadap pertembuhan plasenta atau bahkan dapat menyebabkan kematian. Dalam skala tubuh manusia hanya dapat menerima rasa sakit sebesar 40 Del, tetapi saat seorang ibu melahirkan rasa sakit dapat mencapa 57 del. Hal ini sama seperti 20 tulang yang dipatahkan secara bersamaan. Hal ini dapat mengancam kehidupan sang ibu dan dapat pula memengaruhi jabang bayi yang akan lahir.
Dengan banyaknya angka kelahiran saat ini di Indonesia, diprediksi pada tahun 2050 indonesia akan banyak memiliki penduduk usia kerja dengan rata-rata berusia 45 tahun, dimana jumlah masyarakat yang bekerja lebih banyak daripada jumlah masyarakat non produktif, dengan estimasi satu orang yang tidak bekerja ditanggung oleh dua orang yang bekerja. Hal ini disebut dengan bonus demografi, dimana hal ini dapat berpengaruh besar terhadap ekonomi. Namun, alih-alih mendapat bonus demografi, Indonesia juga bisa mendapat bencana demografi. Bencana demografi dapat terjadi ketika terjadinya ledakan populasi yang tidak terkendali. Tenaga kerja memang banyak, tapi mereka tidak dapat bekerja karena ketidaktersediaannya lapangan kerja. Alasan lainnya karena kurangnya pendidikan yang menjadikan sumber daya manusia menjadi rendah sehingga tidak dapat bersaing di dunia kerja sehingga tanggungan pemerintah akan meningkat. Cara satu-satunya untuk menanggulangi ancaman bencana demografi adalah dengan pendidikan dan melakukan kontrol dalam pertumbuhan penduduk. Mempercayai bahwa anak merupakan karunia tuhan merupakan hal yang baik, hal itu mengingatkan kita agar dapat mendidik anak sebaik mungkin, namun perencanaan jumlah anak juga harus dipikirkan secara matang karena segala hal harus memiliki kontrol.
Sekian tentang apa itu Budaya Banyak Anak Banyak Rezeki. Semuanya balik lagi ke individu masing- masing. Disini kami hanya menyarankan untuk mengambil setiap keputusan dengan bijak dan banyak pertimbangan. Tidak terkecuali ketika ingin merencanakan punya banyak anak.
Comments